Rabu, 06 November 2013

A. SINOPSIS
    Suatu hari terdapat sepasang suami istri yang hendak menyebrang sungai. Namun, mereka tidak menemukan perahu untuk menyebrang sungai tersebut. Karena laki-laki tua tersebut tidak mengetahui kedalaman sungai tersebut, lagipula dia bungkuk maka ia tidak berani untuk turun ke sungai. Dilihatnya seorang laki-laki Bedawi yang ada di seberang sungai, maka laki-laki tua itu
meminta tolong kepada Bedawi untuk menyeberangkan ke sungai. Bedawi tersebut senang karena ia melihat istri laki-laki tua itu cantik parasnya, sedangkan suaminya sudah tua dan punggungnya bungkuk.
  Dengan kelicikannya, Bedawi itu memanfaatkan laki-laki tua dengan berbohong bahwa sungainya dalam dengan ia memendekkan tubuhnya sampai lehernya tertutup air. Dia juga menginginkan istri orang tua itu dengan beralasan bahwa dia tidak mungkin membawa dua orang sekaligus maka laki-laki tua itu menyuruh istrinya untuk menyeberang terlebih dahulu.
Bedawi itu merasa sangat beruntung karena dengan dengan kelicikannya, ia membawa perempuan itu dan bekal barang-barang sepasang suami istri tersebut. Di tengah-tengah sungai Bedawi itu mencoba merayu perempuan tersebut dengan mengejeknya bahwa seorang wanita cantik tetapi mempunyai suami yang bungkuk. Dan ia mengatakan untuk memperistri wanita itu. Perempuan itu pun luluh dengan rayuan Bedawi tersebut, dan perempan itu pun menyetujui untuk menikah dengan Bedawi itu.
  Setelah sampai di tepi sungai, Bedawi dan perempuan itu mandi lalu menikmati perbekalan yang telah dibawanya. Setelah itu mereka berjalan-jalan. Dari kejauhan, orang tua bungkuk itu merasa heran dengan tingkah laku Bedawi dan istrinya tersebut. Lalu ia memutuskan untuk menyusul mereka, ia nekat untuk menyeberangi sungai walaupun taruhannya nyawa. Setelah turun ke sungai, orang tua bungkuk tersebut heran karena ternyata sungai tersebut tidaklah dalam airnya.
  Sesampainya di tepi sungai, orang tua tersebut pergi ke dusun Masyhudulhakk untuk mengadukan masalahnya tersebut. Setelah itu, Masyhudulhakk memanggil Bedawi dan perempuan tersebut dan menanyakan ‘’siapakah perempuan itu?”
  Bedawi pun menjawab bahwa perempuan itu adalah istrinya yang telah dinikahinya. Akan tetapi, orang tua tersebut menyangkal perkataan Bedawi bahwa perempuan itu adalah istrinya. Maka terjadilah pertengkaran antara Bedawi dengan orang tua itu. Dan banyak orang yang berkerumun melihat kegaduhan tersebut.
  Lalu Masyhudulhakk menanyakan kepada perempuan itu, siapakah sebenarnya suaminya tersebut. Lalu wanita itu menjawab bahwa suaminya itu adalah Si Panjang, Masyhudulhakk pun kembali bertanya kepada mereka tetapi secara bergantian, untuk yang pertama adalah perempuan itu, dia mengaku bahwa suaminya adalah si panjang. Namun, saat ia di tanyai oleh Masyhudulhakk sipakah mertua laki-laki dan wanitanya serta dimanakah mertuanya tinggal, ia tidak bisa menjawabnya.
  Lalu, giliran Si Panjang yang ditanyai oleh Masyhudulhakk, apakah benar bahwa perempuan itu adalah istrinya, Si Panjang pun dengan yakin menjawab bahwa perempuan itu adalah istrinya, namun setelah ditanyai oleh Masyhudulhakk siapa nama mertua laki-laki dan perempuan serta dimana mertuanya tinngal, ia tidak dapat menjawabnya.
    Lalu, Masyhudulhakk melanjutkan pertanyaannya kepada orang tua bungkuk tersebut, apakah benar perempuan tersebut adalah istrinya, ia menjawab dengan yakin bahwa perempuan itu adalah istrinya. Lalu, Masyhudulhakk menanyakan siapa mertua laki-laki dan perempuannya serta dimanakah mertuanya tinggal, orang tua bungkuk itu pun menjawab dengan jelas pertanyaan dari Masyhudulhakk tersebut.
   Dari, pengakuan tersebut sudah diketahui siapa yang salah dan siapa yang benar. Orang tua bungkuk itu sudah terbukti bahwa dialah yang benar dan Bedawi itulah yang salah. Akhirnya, Bedawi dan perempuan itu pun mengakui kesalahannya dan mendapatkan hukuman dari Masyhudulhakk sebanyak 100 kali. Masyhudulhakk juga menyuruh Bedawi itu untuk bertaubat dan tidak melakukan perbuatan itu lagi.
   Dari cara Masyhudulhakk memecahkan masalah dengan kemampuan dan kecakapannya, membuat Masyhudulhakk semakin terkenal kearifan dan kebijaksanaannya di dalam masyarakat.

B. UNSUR INTRINSIK

1. Tema               : Kesetiaan dan Pengkhianatan Cinta
2. Alur                 : Alur maju
3. Sudut Pandang : orang ketiga serba tahu
4. Latar               : 
      a. Latar tempat   : tepi sungai, sungai, sebuah dusun
      b. Latar suasana :menegangkan, mengecewakan
      c. Latar Waktu    :siang hari
5. Penokohan       :
      a.  Masyhudulhakk : baik hati, arif, bijaksana, pintar, suka menolong, cerdik
         b. Si Bungkuk        : baik hati, setia pada istrinya, pemaaf, mudah percaya
      c. Istri Si Bungkuk  : mudah dirayu, egois, tidak setia, suka berbohong
      d. Si Panjang / Bedawi : jahat, licik, egois
6. Amanat             :
Kita tidak boleh mudah tergoda oleh rayuan-rayuan yang belum pasti kebenarannya. Karena itu akan membuat kita kecewa.
Kita tidak boleh bohongkepada siapapun. Karena berbohong itu berdosa dan dapat merugikan diri kita sendiri juga.
Kita harus membantu orang dengan ikhlas.
Syukurilah jodoh yang telah diberikan oleh Tuhan. Yakinlah bahwa jodoh kita tersebut adalah yang terbaik untuk kita.
Yakinlah bahwa kebaikan akan mengalahkan kejahatan. Karena kejahatan apapun akan terkuak walaupun sudah ditutup-tutupi sedemikian rupa.

C. UNSUR EKSTRINSI

1. Nilai Moral
Kejujuran
Di dalam hikayat ini terdapat nilai kejujuran yang harus ditanamkan dalam diri ini di kehidupan sehari-hari. Dalam hikayat tersebut Bedawi dan perempuan itu tidak jujur maka mereka mendapatkan akibatnya yaitu harus menanggung malu dan mendapat hukuman karena kebohongannya.
Kebijaksanaan
Dalam hikayat ini tokoh Masyhudulhakk mempunyai sifat bijaksana yang baik untuk dicontoh. Dia bijaksana dalam menyelesaikan suatu masalah yang ia hadapi.
Kesetiaan
Dalam hikayat ini kita diajarkan untuk menjadi orang yang setia. Tokoh orang tua bungkuk tersebut mempunyai kesetiaan yang tinggi kepada istrinya. Dia tidak rela jika istrinya berselingkuh dengan orang lain, bahkan ia rela bertaruh nyawa demi istrinya saat melihat istrinya bersama Bedawi tersebut.
Nilai Sosial
Tolong menolong
Masyhudulhakk punya sifat tolong menolong dengan sesama. Dia dengan ikhlas menolong orang yang membutuhkan pertolongannya untuk menyelesaikan suatu masalah.
Bermusyawarah
Dalam hikayat tersebut terdapat budaya musyawarah untuk menyelesaikan suatu masalah. Bukan dengan kekerasan ataupun dengan cara fisik. Akan tetapi, dalam hikayat ini terdapat budaya untuk bermusyawarah secara baik-baik untuk memecahkan masalah.
Nilai Agama
Dalam hikayat ini, Masyhudulhakk menyuruh Bedawi dan perempuan itu untuk bertaubat agar dapat dilebur dosa-dosa yang ia perbuat. Bersyukur kepada Tuhan atas jodoh yang telah diberikan. 

3. Kepengarangan

Hikayat mashudulhakk ini dari salah satu naskah lama (Collectie v.d. Wall) dengan diubah di sana-sini setelah dibandingkan dengan buku yang diterbitkan oleh A.F. v.d. Wall (menurut naskah yang lain dalam kumpulan yang tersebut).Dalam Volksalmanak Melayu 1931 (Balai Pustaka) isi naskah yang dipakai v.d. Wall itu diringkaskan dan sambungannya dimuat pula, dengan alamat "Masyudhak".. Dinantinya.




0 komentar:

Posting Komentar